Sore guys...
Udah hampir maghrib tetapi hujan belum pulang juga ya :D
Eh...
"Pulang","Maghrib","Hujan" semacam De javu ya denger kata-kata ini...
Jadi teringat masa kecil bersama sahabat-sahabat kecil dulu, dimana hujan adalah alarm untuk bersuka cita dan bergembira...
Sebutlah hujan-hujanan, dimana kita esoknya demam menggigil, dimarahi orang tua, dan tidak masuk sekolah karena flu...
Cuma obat, selimut tebal dan teh hangat teman setelah kejadian itu...
Tak ada rasa menyesal. Malah rasa ingin mengulanginya semakin membesar...
Iya, tawa lepas sore itu...
Mungkin, masa kecilku seperti foto diatas...
Dimana tak mungkin waktu itu aku mem-foto kejadian ketika hujan-hujanan waktu itu, Mengingat dulu aku lebih sering menghabiskan waktu di dunia nyata, daripada dunia maya...
Atau mungkin, waktu itu memang belum ada dunia maya?
Entahlah…
Waktu itu aku tak peduli dunia maya...
Entah, tradisi atau semacam kebiasaan, adzhan maghrib adalah bel kembali ke rumah, tak kenal apa agamamu, tak kenal apa warna kulitmu, tak kenal dari mana asalmu...
Aku rindu masa-masa kecil dulu...
Masa-masa yang telah lama aku tinggalkan. Masa kecil yang penuh kenangan, menyenangkan, karena yang menyakitkan tak pernah mau ku kenang, atau memang sebenarnya tak ada yang menyakitkan...
Bertempat tinggal di desa, membuatku, mempunyai banyak sekali teman sepermainan waktu itu...
Tentunya, teman tanpa rekayasa, gak seperti jaman sekarang, kebanyakan teman udah kayak sinetron, penuh rekayasa...
Bel pulang sekolah berbunyi...
Berarti...
Ya It’s time to rock!!!
“Maem dulu baru maen,” kata Ibu, waktu itu, tentunya dengan bahasa sehari-hari kami. yups, Bahasa jawa...
“Ya Buuuuuu,” jawabku, sambil mengambil nasi ke piring, sengaja kutuangkan sedikit, agar dikiranya itu adalah sisa makanan yang baru aku makan...
Males makan...
Kehilangan semenit aja jam main itu kalo jaman sekarang kayak udah seharian gak buka Twitter...
Tanpa sebuah komunikasi lewat handphone apalagi dunia maya, kita berkumpul dengan lengkap.
Aneh...
Tapi ini pernah kita alami...
Tanpa handphone kita tetap manusia paling bahagia...
Tempat bermain kita gak netep, kita punya banyak lahan untuk bermain. Bermain bola tanpa garis batas itu hal biasa yang kita lakukan, mengingat berhektar-hektar lahan kosong, di desa kita...
Main bola di sawah atau sungai?, Why not? apabila tanah lapang di anggap terlalu mainstream itu bisa jadi alternatif lain...
Berpuluh - puluh permainan gratis tanpa IAP atau iklan...
sebut saja Betengan, Petak umpet, Gobak sodor, Kasti...
Eh iya "kasti"...
Permainan paling menyenangkan waktu itu, apalagi mainnya di sawah sambil hujan - hujanan...
Sebenarnya permainan ini pada intinya memukul bola sejauh - jauhnya dan tugas yang jaga menghentikan lawan dengan bola,
tetapi yang kami lakukan adalah membuang pemukul sejauh - jauhnya dan menghentikan lawan dengan tangisannya, hahahahaha...
Sedih, rasanya, sekarang tempat tanpa kemunafikan itu sekarang sudah berbentuk beton. Ketika uang bisa membeli alam...
Remaja sekarang lebih memilih merasa hijau karena uang bukan karena Alam...
Padahal alam menyajikan apa yang gak bisa dibeli dengan uang...
Dan akhirnya, tulisan ini hanyalah sebuah nostalgia, dimana gak mungkin kita balik ke masa lalu, kecuali reinkarnasi...
Masa kecil memang menyenangkan, tetapi...
masa depan harus jauh lebih menyenangkan...
Ok guys...
Sekian postingan kali ini...
Semoga hari - harimu menyenangkan...
~nov031992~
Udah hampir maghrib tetapi hujan belum pulang juga ya :D
Eh...
"Pulang","Maghrib","Hujan" semacam De javu ya denger kata-kata ini...
Jadi teringat masa kecil bersama sahabat-sahabat kecil dulu, dimana hujan adalah alarm untuk bersuka cita dan bergembira...
Sebutlah hujan-hujanan, dimana kita esoknya demam menggigil, dimarahi orang tua, dan tidak masuk sekolah karena flu...
Cuma obat, selimut tebal dan teh hangat teman setelah kejadian itu...
Tak ada rasa menyesal. Malah rasa ingin mengulanginya semakin membesar...
Iya, tawa lepas sore itu...
Mungkin, masa kecilku seperti foto diatas...
Dimana tak mungkin waktu itu aku mem-foto kejadian ketika hujan-hujanan waktu itu, Mengingat dulu aku lebih sering menghabiskan waktu di dunia nyata, daripada dunia maya...
Atau mungkin, waktu itu memang belum ada dunia maya?
Entahlah…
Waktu itu aku tak peduli dunia maya...
Entah, tradisi atau semacam kebiasaan, adzhan maghrib adalah bel kembali ke rumah, tak kenal apa agamamu, tak kenal apa warna kulitmu, tak kenal dari mana asalmu...
Aku rindu masa-masa kecil dulu...
Masa-masa yang telah lama aku tinggalkan. Masa kecil yang penuh kenangan, menyenangkan, karena yang menyakitkan tak pernah mau ku kenang, atau memang sebenarnya tak ada yang menyakitkan...
Bertempat tinggal di desa, membuatku, mempunyai banyak sekali teman sepermainan waktu itu...
Tentunya, teman tanpa rekayasa, gak seperti jaman sekarang, kebanyakan teman udah kayak sinetron, penuh rekayasa...
Bel pulang sekolah berbunyi...
Berarti...
Ya It’s time to rock!!!
“Maem dulu baru maen,” kata Ibu, waktu itu, tentunya dengan bahasa sehari-hari kami. yups, Bahasa jawa...
“Ya Buuuuuu,” jawabku, sambil mengambil nasi ke piring, sengaja kutuangkan sedikit, agar dikiranya itu adalah sisa makanan yang baru aku makan...
Males makan...
Kehilangan semenit aja jam main itu kalo jaman sekarang kayak udah seharian gak buka Twitter...
Tanpa sebuah komunikasi lewat handphone apalagi dunia maya, kita berkumpul dengan lengkap.
Aneh...
Tapi ini pernah kita alami...
Tanpa handphone kita tetap manusia paling bahagia...
Tempat bermain kita gak netep, kita punya banyak lahan untuk bermain. Bermain bola tanpa garis batas itu hal biasa yang kita lakukan, mengingat berhektar-hektar lahan kosong, di desa kita...
Main bola di sawah atau sungai?, Why not? apabila tanah lapang di anggap terlalu mainstream itu bisa jadi alternatif lain...
Berpuluh - puluh permainan gratis tanpa IAP atau iklan...
sebut saja Betengan, Petak umpet, Gobak sodor, Kasti...
Eh iya "kasti"...
Permainan paling menyenangkan waktu itu, apalagi mainnya di sawah sambil hujan - hujanan...
Sebenarnya permainan ini pada intinya memukul bola sejauh - jauhnya dan tugas yang jaga menghentikan lawan dengan bola,
tetapi yang kami lakukan adalah membuang pemukul sejauh - jauhnya dan menghentikan lawan dengan tangisannya, hahahahaha...
Sedih, rasanya, sekarang tempat tanpa kemunafikan itu sekarang sudah berbentuk beton. Ketika uang bisa membeli alam...
Remaja sekarang lebih memilih merasa hijau karena uang bukan karena Alam...
Padahal alam menyajikan apa yang gak bisa dibeli dengan uang...
Dan akhirnya, tulisan ini hanyalah sebuah nostalgia, dimana gak mungkin kita balik ke masa lalu, kecuali reinkarnasi...
Masa kecil memang menyenangkan, tetapi...
masa depan harus jauh lebih menyenangkan...
Ok guys...
Sekian postingan kali ini...
Semoga hari - harimu menyenangkan...
~nov031992~